Kamis, 22 Oktober 2009
permisi.. aku pergi

setelah melintasi waktu bersimbah pesonamu, kini semua terasa tiada.
makna yang terendap lama dan mendekam dalam gugusan matahari tak bisa lagi kuraba
semua seperti kembali kosong..
harapan akanmu seperti menemui titik penghabisannya.
apa gerangan yang terjadi?
tiba2 aku enggan mengumbar rinduku..
tiba2 aku ingin berhenti mencintaimu..
mungkinkah karena sahajamu yang makin lama tak lagi membiusku?
perlahan menghilang dibalik tutur kata yang masih serupa dengan warna pelangi.
auramu yang makin pudar oleh sikap yang tak pasti
pongahmu melemahkanku, biusmu menyurutkan langkahku
aku lebih baik pergi
"permisi.."
ramai atau sepi, didalam suasana yang ramai hatiku masih terasa sepi, entah mengapa?
walau bidadari pujaan hati datang dengan pesona lembut hatinya, hatiku masih terasa hampa..
semua terasa sepi.. aku hanyalah manusia kerdil diantara berjuta raksasa
kadang aku menghampiri bidadari pujaan hati, tapi aku hanya bisa berdiri diam dan meratapi kecantikannya. aku tak bisa menyentuhnya, memeluknya, dan mengecupnya, aku pun tak bisa mendengar nyanyiannya yang merdu. ia bagaikan malaikat yang suci..
kadang ia pun terbang bersama burung diangkasa,
bagaimana aku menggapainya?
bagaimana aku mengungkapkan rasa cintaku padanya?
tapi manusia kerdil tetaplah manusia kerdil, tidak bisa menjadi raksasa.
memang aku hanyalah batu pijak, bukan pendamping bidadari..
saat malam merayap sunyi
bisu membelai batin jiwaku
terhenyakku dalam jiwamu nan membeku
hancurnya hati berkeping tak bersatu
namun kucoba melangkah
walau tertatih dan tertusuk lara
yang mendera isi hatiku
mencoba mengetuk keangkuhanmu
dimana nuranimu?
sekeras karangkah hatimu?
roda hidup hanyalah sebuah pasir keberuntungan
menemani bergulirnya waktu
tiba saat berganti
tawa kesombongan
hanya tangis menyayat dinding hati
sakit.. perih.. tak berganti
meski nurani ingin berhenti dan kembali
namun kini tak berarti